Senin, 26 Februari 2018

Open Recruitment: Volunteer Sehari Tusiwork

Open Recruitment: Volunteer Sehari Tusiwork
Hai sahabat Tusiwork!


Tim Tusiwork mengundang teman-teman yang ingin bergabung sebagai Volunteer Sehari di kegiatan pelatihan Tusiwork. 

Pelatihan Apa saja yang dapat teman-teman ikuti? 

Ada 4 jenis pelatihan yang kami laksanakan, yaitu:
Pelatihan Bahasa Inggris (setiap Sabtu, Pukul 13:00 - 15:00 Wita)
Pelatihan Literasi (setiap Sabtu, Pukul 16:00 - 17:45 Wita)
Pelatihan Ms. Office (setiap hari Ahad, Pukul 13:00 - 15:00 Wita)
Pelatihan Basic Programming (setiap hari Ahad, Pukul 16:00 - 17:45 Wita)

Apa saja yang akan teman-teman lakukan sebagai Volunteer Sehari Tusiwork?
Sebagai Volunteer Sehari Tusiwork, teman-teman data bergabung sebagai partner belajar bagi tunanetra di kelas pelatihan yang teman-teman pilih. Sebagai partner belajar, teman-teman akan menjadi teman diskusi bagi peserta pelatihan. Jadi, partner belajar bertugas untuk memastikan bahwa peserta pelatihan dapat memahami materi pelatihan dengan baik. 

Apa saja manfaat yang dapat teman-teman peroleh?
Sebagai partner belajar,  teman-teman akan memperoleh pengalaman langsung berinteraksi dengan tunanetra dalam konteks belajar mengajar. Hal yang tentu berbeda dengan situasi belajar mengajar orang-orang dengan kemampuan melihat. 
"Bagaimana caranya mengajarkan cara mengoperasikan Microsoft Word bagi peserta difabel netra?" "Bagaimana caranya mendeskripsikan fungsi wordart pada Microsoft Word?" 
"Bagaimana rasanya mengajar difabel netra cara membuat cerita pendek?" 
"Bagaimana semangat belajar difabel netra untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mereka?"

Semua pertanyaan itu, akan dapat teman-teman jawab, setelah berpartisipasi sebagai Volunteer Sehari Tusiwork. Ada banyak hal yang tidak terduga yang mungkin akan teman-teman peroleh. Boleh jadi, saat kita meluangkan waktu mendampingi proses belajar difabel netra, justru kitalah yang lebih banyak belajar dari mereka. 

Untuk teman-teman yang ingin mencari tahu lebih banyak, silakan daftarkan diri anda melalui link berikut:


"Karena tidak harus sempurna untuk bisa bermanfaat bagi sesama" - Tim Tusiwork.

Sampai jumpa!





Kamis, 22 Februari 2018

Trial Class dan Cerita Pertemuan Pertama Tusiwork


Siang itu, Sabtu 20 Januari 2018, para volunteer tusiwork mulai berdatangan di YAPTI. Meski ada beberapa orang yang tersesat, semua tiba dengan selamat. Tentu saja berkat monitoring volunteer lain yang sudah ada di YAPTI dan juga berkat bantuan google maps.

Siang itu akan diadakan trial class. Trial class adalah kelas percobaan untuk merasakan suasana kelas secara langsung sebelum kelas sesungguhnya dimulai.

Trial class dimulai dengan kelas Bahasa Inggris oleh kak Citra sebagai volunteer pengajar dan 7 orang volunteer pendamping. Peserta kelas bahasa Inggris yang hadir hanya 5 dari 8 orang peserta yang terdaftar karena ada yang keluar daerah. Jadi, 2 orang relawan pendamping hanya mengamati bagaimana pendamping lain membantu tunanetra belajar bahasa Inggris. Para peserta sangat bersemangat, pengajar dan pendamping tak kalah semangatnya.
Kelas Bhs. Inggris menjadi Pembuka Trial Class

Kelas diawali dengan perkenalan singkat antara pengajar, pendamping dan peserta. Kak Citra kemudian meminta peserta dan pendamping menyebut namanya satu per satu disertai spelling agar peserta terlatih pengucapan. Pendamping pun tak kalah heboh menyebut nama kemudian spelling. Kak Citra kemudian menanyakan umur masing-masing dan tentu setelah menjawab pun harus disertai spelling. “How old are you?”, “I am ninety years old” jawab Yoga dengan semangat. Semua orang dalam kelas tertawa ketika Yoga salah menyebut umur, yang harusnya 19 menjadi 90 tahun. Yoga dengan percaya diri mengulangnya dan menjadi bahan candaan tersendiri di kelas siang itu.

Trial class berlangsung 90 menit. Setelah trial class diadakan briefing. “ Sebenarnya teman-teman peserta sudah bisa bercakap tapi masih agak malu, aksennya juga sudah bagus karena terlatih listening dari screen reader.” Kata kak Citra memaparkan pengalamannya mengajar tunanetra.

Setelah sholat Ashar trial class kedua adalah kelas literasi oleh kak Nunu sebagai volunteer pengajar dan sudah memiliki pengalaman menulis di komunitas yang dipimpinnya yaitu komunitas blogger Anging Mammiri. Kak Nunu memulai perkenalan di kelas literasi dengan cara unik, peserta dan pendamping dipersilahkan menyebut nama dan satu hal yang orang lain belum tahu mengenai diri masing-masing. Ada Yoga yang ternyata suka menanam. Ada Kak Syarif yang memiliki kegemaran baru dalam bidang podcast . Semuanya memiliki hal-hal yang memang tidak diketahui orang lain.

Kak Nunu mengarahkan peserta dan pendamping duduk berhadapan kemudian memberikan pertanyaan kedua. Kalau diberi kesempatan ingin memiliki kekuatan, ingin jadi apa?. Jadilah para peserta dan pendamping berimajinasi.


Kelas Literasi yang penuh semangat

Pertanyaan ketiga. Kalau misal ada mesin waktu, mau ke masa lalu bagian mana dan kenapa?. Pertanyaan ini sempat membuat Nanda sebagai pendamping terharu saat Yoga mengatakan “Kalau ada mesin waktu saya ingin kembali di usia kanak-kanak ketika saya masih bisa melihat.”

Pertanyaan keempat. Ketika umur 60 tahun, apa yang kalian inginkan?. Refleks Yoga menjawab “ingin punya cucu,” lagi-lagi Yoga membuat kelas riuh. Dia memang sangat bersemangat mengikuti  kelas literasi karena ingin struktur penulisannya bagus sehingga bisa menulis dan bisa berbagi dengan orang lain melalui tulisannya.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengajak peserta mengingat masa lalu dan membayangkan masa depan sengaja diberikan kak Nunu agar peserta terbiasa berimajinasi karena sangat membantu dalam menemukan ide tulisan. 

Masing-masing peserta di kelas literasi memang sudah memiliki cita-cita dalam hal kepenulisan. Seperti kak Riska yang ingin membuat buku “Seribu Puisi”. Kak Tiar yang ingin membuat novel. Kak Syarif yang ingin menulis agar dikenal.

Minggu, 21 Januari

Trial class hari kedua agak berbeda, kelas dimulai sedikit terlambat. Kelas terkendala kurangnya laptop yang dibutuhkan untuk trial class komputer. Setelah Kak Syarif sebagai pengurus PERTUNI kasak kusuk mencari laptop, jadilah beberapa peserta yang tidak memiliki laptop menggunakan laptop PERTUNI dan laptop pendamping. Trial class komputer dibagi menjadi dua kelas karena memang peminatnya lebih banyak dibanding kelas yang lain. Kak Unga dan Kak Sri menjadi pengajar di kelas komputer.

Kelas komputer dimulai dengan perkenalan singkat antara pengajar, pendamping, dan peserta. Di trial class ini, Kak Unga dan Kak Sri mengajarkan mengetik menggunakan 10 jari.  Peserta dikenalkan mengenai posisi keyboard, menghapal posisi tangan dan jari pada keyboard, peserta juga diajarkan meletakkan jari pada posisi awal yang benar.

Belajar Pengetikan 10 Jari

Ada sedikit kelucuan di kelas komputer. Ketika peserta mulai heboh membicarakan tentang “Damayanti” pendamping mulai sedikit bingung. Ternyata “Damayanti” adalah  sebuah aplikasi pembaca layar atau Screen reader. Pendampin  di kelas komputer merasa mendapat pengalaman baru mendampingi teman-teman tunanetra belajar, salah satunya mengenai screen reader yang mereka gunakan.

Screen reader adalah sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan membantu penyandang tunanetra membaca tulisan pada gawai atau layar komputer. Cara kerja perangkat lunak tersebut  adalah dengan mengubah tulisan di layar menjadi ucapan (text to speech). Secara alami mouse tidak begitu berguna bagi penyandang tunanetra sehingga mereka lebih sering bekerja menggunakan keyboard. Screen reader juga memiliki banyak shortcut, misalnya membaca beberapa bagian di window yang aktif atau menghidupkan dan mematikan beberapa fitur screen reader tersebut.

Peserta di kelas komputer memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sebagian sudah hafal letak keyboard. Ada yang sudah lancar mengetik. Ada juga yang masih membutuhkan waktu lama mengetik ketika mendapatkan instruksi dari pendampingnya.

Kak Evi yang telah memiliki pengalaman mendampingi tunanetra di Jambore TIK Nasional tahun 2017 mengatakan “ tunanetra memang harus menguasai keyboard dan fungsinya karena mereka tidak bisa menggunakan mouse kecuali yang low vision”.

Trial class terakhir adalah kelas pemrograman. Kali ini pengajarnya adalah Kak Na’im. Peserta di kelas pemrograman kebanyakan kaum adam. Kelas dimulai dengan perkenalan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi. Kelas ditutup dengan diskusi lepas mengenai keberlanjutan kelas pemrograman kedepannya.
Kelas Favorit Peserta Laki-laki

Trial class ini diperuntukkan bagi volunteer baik pengajar maupun pendamping karena ini adalah pengalaman pertama. Tentu mengajar difabel membutuhkan teknik yang berbeda,” kata Kak Evi setelah trial class selama 2 hari berakhir.



Semoga semangat para volunteer dan peserta tetap terjaga di bulan Februari, Maret, April, dan bulan-bulan berikutnya. Sekali lagi, SEMANGAT!!!
Tidak perlu sempurna untuk bisa bermanfaat bagi sesama.....



Training Ala Tu-SiWork


Mengawali 2018 dengan yang manis-manis. Seperti itulah pertemuan volunteer Tunanetra Sighter Network (Tu-SiWork) di The Red Corner Cafe pada Minggu 14 Januari. Setelah melalui proses seleksi volunteer oleh inisiator, terpilihlah 36 volunteer dengan latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari mahasiswi, guru, karyawan, hingga dosen yang siap menghabiskan akhir pekannya bersama teman-teman di SLB-A YAPTI.

Volunteer dibagi menjadi tim pengajar, tim pendamping, tim public relation, dan tim desain grafis yang akan berkolaborasi dari Februari hingga Agustus mendatang. Kelas yang terbentuk dalam program ini terdiri dari kelas bahasa Inggris, kelas literasi, kelas pemrograman komputer , dan kelas Microsoft Office. Program akan dilaksanakan di SLB-A  YAPTI Makassar.
  
Pertemuan volunteer Tu-SiWork bukan sekadar bertemu tapi ada Tu-siwork Training langsung dari teman-teman Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI). Dimulai dari perkenalan PERTUNI, cara belajar difabel tunanetra, hingga tips and trick menjadi partner belajar yang baik bagi difabel tunanetra.
Beberapa tips yang dibagikan teman-teman PERTUNI , yang mungkin dianggap hal sepele tapi sangat bermanfaat :

  • Ketika ingin berkomunikasi dengan tunanetra, jangan sentuh bahu tapi punggung tangan.
  • Mulai dengan mengajak berbicara duluan.
  • Jangan tinggalkan tunanetra begitu saja setelah pembicaraan selesai. Pamit sebelum meninggalkan agar mereka tidak tinggal berbicara sendiri.
  • Deskripsikan hal visual secara detail. Misal keberadaan benda, tata letak ruang, dsb.
  •  Jelaskan jika ada posisi benda atau tata letak ruang yang berubah.
  • Apabila mendeskripsikan benda  jangan hanya dijelaskan bentuknya, biarkan mereka meraba benda tersebut.
  • Sebagai pendamping, jangan bagikan informasi pribadi.
  • Jangan bandingkan tunanetra satu dengan yang lain terutama orientasi karena akan membuat mentalnya drop.
Training berlangsung dengan santai tapi tidak main-main. Volunteer sangat antusias bertanya dan teman-teman dari PERTUNI pun menjawab dengan cara yang unik sampai-sampai harus diperagakan agar volunteer lebih paham keseharian dan cara belajar difabel tunanetra. Rangkaian training yang berlangsung kurang lebih 4 jam tidak terasa karena diselingi candaan.

Setelah rangkaian training yang singkat tapi sangat berkesan, dilanjutkan dengan diskusi silabus mengajar yang telah disusun sebelumnya oleh volunteer pengajar. Volunteer berdiskusi secara berkelompok sesuai kelas yang dipilih dan didampingi teman-teman PERTUNI. Diskusi dilakukan untuk menyesuaikan silabus dengan kebutuhan teman-teman tunanetra di YAPTI. Setelah diskusi, masing-masing ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan menentukan materi yang akan diajarkan pada trial class tanggal 20 dan 21 Januari.

Diskusi Volunteer untuk Trial Class

Rangkaian training diakhiri dengan ‘Kotak Rasa Tusiwork’. Volunteer diminta untuk menuliskan pesan dan kesan serta harapan bagi program Tu-SiWork kedepannya. Dan yang tak kalah penting sebelum pulang adalah foto-foto untuk mendokumentasikan kebersamaan volunteer Tu-SiWork dan teman-teman PERTUNI di Minggu sore yang basah karena hujan tapi tetap hangat karena candaan.  


 Sesi Foto Volunteer dan Teman-teman PERTUNI

Senyum Bahagia untuk Memulai Tu-SiWork Project